Sebagaiorang kampung, sejak kecil saya sering mendengar lagu itu dinyanyikan orang, namun saya tidak hafal liriknya. Penasaran dengan penuturan teman tersebut, saya langsung searching lirik lagu Wuyung. Dengan sangat mudah, ketemulah liriknya. Gejala Wuyung. Wuyung, judul lagu tersebut, maknanya adalah jatuh cinta. LirikLagu Manthous - Wuyung | Laraning loro ora koyo Wong kang nandhang wuyung Mangan ra doyan Ra jenak dolan Neng omah bingung Mung kudu weruh Woting ati Duh kusumo ayu Opo ra trenyuh Download Lagu Mp3 Unduh Gratis berikutcuplikan syair nyanyian / teks dari lagunya: " werdi suksmo, rehing tresno gegambaran suwargoluko prapti suci, wosing ati siro yayi, kang den anti mukso wuyung datan lewung sorot siro kang pinunjul duh gusti moho mukti sun suwiji mring sejati sekaring sunyo ngombak rogo endahing siro kang sun roso asmoro wedho wohing janji duh garbaning Vay Tiền Nhanh. Judul Lagu Wuyung Penyanyi Sunyahni Ciptaan Ismanto Berikut Lirik Lagu Wuyung - Sunyahni Lorone loro ora koyo wong kang nandang wuyung Mangan ra doyan Ra jenak dolan nang omah bingung Mung kudu weruh woting ati duh kangmas wong bagus opo ora trenyuh sawangen iki awakku sing kuru Klopo mudho leganono nggonku nandhang bronto Witing pari dimen mari nggonku ngloro ati Aduh nyowo Duh duh kusumo ora kroso opo pancen tego Mbok mbalung janur Paring usodo nggonku nandang wuyung reff Klopo mudho leganono nggonku nandhang bronto Witing pari dimen mari nggonku ngloro ati Aduh nyowo Duh duh kusumo ora kroso opo pancen tego Mbok mbalung janur Paring usodo nggonku nandang wuyung Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas. [caption id="attachment_193844" align="aligncenter" width="300" caption="ilustrasi reuters"][/caption] Saat di sebuah forum saya menggambarkan suasana hati orang yang tengah jatuh cinta, seorang teman menyampaikan bahwa gejala dan tanda-tanda jatuh cinta itu sudah diungkapkan secara gamblang oleh seorang seniman Jawa sekitar limapuluhan tahun lalu, dalam lagu berjudul Wuyung. Lagu itu diciptakan oleh Ismanto, sekitar tahun 1960-an, yang dianggap sebagai gaya baru –pada masanya- dalam jenis musik keroncong berlanggam Jawa. Saya sendiri terhenyak dengan cerita teman tersebut, dan segera teringat sebuah lagu yang dengan sangat apik dinyanyikan ulang oleh Manthous. Di tangan Manthous, lagu ciptaan Ismanto ini menjadi kembali populer di kalangan pecinta Campur Sari. Sebagai orang kampung, sejak kecil saya sering mendengar lagu itu dinyanyikan orang, namun saya tidak hafal liriknya. Penasaran dengan penuturan teman tersebut, saya langsung searching lirik lagu Wuyung. Dengan sangat mudah, ketemulah liriknya. Gejala Wuyung Wuyung, judul lagu tersebut, maknanya adalah jatuh cinta. Setelah saya baca lengkap liriknya, ternyata benar, lagu ini menggambarkan suasana hati orang yang tengah jatuh cinta. Inilah lirik lagu jadul tersebut. Laraning lara / Ora kaya wong kang nandhang wuyung / Mangan ora doyan / Ora jenak dolan neng omah bingung / Mung kudu weruh / woting ati duh kusuma ayu / Apa ora trenyuh / sawangen iki awakku sing kuru / Klapa mudha leganana nggonku nandhang branta / Witing pari dimen mari nggonku lara ati / Aduh nyawa / Duh duh kusuma / Apa ora krasa apa pancen tega / Mbok mbalung janur / Paring usada mring kang nandhang wuyung Agak sulit untuk menterjemahkan ke dalam bahasa Indonesia, karena akan sangat banyak mengurangi keindahan rasa bahasanya. Ada beberapa kata yang bahkan tidak bisa diterjemahkan apa adanya karena berupa tembung sanepa. Misalnya kata witing pari, klapa mudha, dan mbalung janur. Harus dicari artinya terlebih dahulu, kemudian dipahami kaitan dengan kalimat berikutnya. Ini untuk memperindah bahasa dalam sastra Jawa. Witing pari adalah pohon padi, dalam bahasa Jawa disebut damen. Maka disambungkan untuk mengungkapkan kata dimen, yaitu dimen mari yang artinya agar sembuh. Ada kedekatan pengucapan kata damen dengan dimen. Klapa mudha atau kelapa muda, dalam bahasa Jawa disebut degan, disambungkan dengan kalimat berikutnya untuk mengungkapkan leganana, yang artinya legakanlah. Ada kedekatan pengucapan kata degan dengan legan dalam kata leganana. Mbalung janur atau balung janur, adalah tulangnya janur. Janur adalah daun kelapa, tulangnya janur, dalam bahasa Jawa disebut sada, atau lidi dalam bahasa Indonesia. Disambungkan dengan kalimat berikutnya, untuk mengungkapkan kata usada yang artinya obat atau kesembuhan. Ada kedekatan pengucapan kata sada dengan usada. Jadi beberapa tembung sanepa tersebut tidak bisa masuk dalam terjemahan, karena itu hanya penghias sastra untuk memperindah dan mempertajam rasa bahasa. Jika diterjemahkan secara bebas, maka kurang lebih maknanya seperti ini. Sakitnya sakit / tidak seperti orang yang sedang jatuh cinta / makan terasa tidak enak / bepergian tidak nyaman, di rumah juga bingung / hanya ingin selalu melihat si tambatan hati / duhai bunga yang cantik / apa kamu tidak sedih / lihatlah badanku yang kurus ini / legakan perasaanku yang sedang kasmaran / biar sembuh sakit hatiku / aduh jiwaku / wahai bunga / apakah kamu tidak merasa, atau memang tega / berilah obat kepada aku yang sedang kasmaran Laraning Lara, Itulah Wuyung Sakitnya sakit, tidak ada yang lebih sakit daripada orang yang jatuh cinta. Begitu penggal pertama lagu tersebut. Luar biasa mengharu biru cara mengungkapkannya. Jatuh cinta justru dikatakan sebagai sakit yang paling sakit. Beberapa kalangan pujangga menyebutkan jatuh cinta itu adalah derita tanpa akhir. Makan tidak enak, tidur tidak nyenyak, bepergian tidak nyaman, di rumah pun bingung. Seorang ulama besar, Ibnul Qayyim al-Jauzy menyatakan, “Jika engkau ingin tahu tentang siksaan pemburu dunia, maka renungkanlah keadaan orang yang sedang didera rasa cinta“. Hal ini menggambarkan, betapa para pemburu kenikmatan dunia justru berada dalam kondisi yang kontradiktif, karena jatuh cinta justru membuat mereka menjadi sakit. Seorang penyair mengungkapkan Tidakkah di dunia ini ada orang yang lebih menderita dari pencinta Meski ia mendapatkan cinta ini manis rasanya Engkau lihat ia selalu menangis pada setiap keadaan Karena takut berpisah, atau takut karena rindu mendalam Ia menangis jika berjauhan, sebab didera kerinduan Ia menangis pula saat berdekatan, sebab takut perpisahan Air matanya mengalir saat bertemu Air matanya mengalir saat berpisah Sakit, bukan? Bahkan seperti menyiksa diri. Saya pun menemukan sebuah puisi berjudul “Cinta, Derita Tiada Akhir” yang mengungkapkan rasa sakit ini, di blog Fienangels Puisi yang menggambarkan dengan jelas, betapa sakitnya cinta. Kau hancurkan benteng pertahananku dan kau penjarakan aku dengan cintamu Kini kau pergi begitu saja meninggalkanku sebagai tawanan perang Kepedihan menyeruak masuk mengiris hatiku Terpaksa kuterima karena perisaiku tak mampu lagi menghalangi Menusuk jantungku dengan kejam dan sadis Luka yang ditorehkan begitu dalam Air mata tak lagi kurasa padahal masih mengalir turun Aku tak mengerti kenapa ini terjadi Aku si penakluk cinta, sudah kalah Keluar sebagai pecundang dalam perang tak berwujud Sakitnya begitu nyata Ingin kupaksa keluar bersama setiap helaan nafasku Tapi bagaimana bisa, kalau bahkan nafas saja tak lagi kurasakan Semangatku, asaku, warna kehidupanku, semua buyar Mataku tak bisa lagi menatap dunia yang luas Bukan karena dunia tampak kosong Bukan..bukan karena kekosongan Suram dan buram, cuma itu yang terlihat saat ku memandang segala arah Jadi ini yang namanya cinta Deritanya tiada akhir Luar biasa penderitaan dan sakit yang muncul karena jatuh cinta. Ungkapan puisi tersebut memperkuat “laraning lara” dalam lagu Wuyung. Coba perhatikan penggalan kalimat puisi ini, “Menusuk jantungku dengan kejam dan sadis / Luka yang ditorehkan begitu dalam”. Lebih jelas lagi, tergambar dalam penggal terakhir puisi tersebut. “Jadi ini yang namanya cinta / Deritanya tiada akhir”. Maka, hati-hati menjaga hati. Jangan cepat jatuh cinta. Jangan cepat terpedaya. Bentengi diri dengan iman yang kuat. Jaga diri dengan akhlak mulia. Lihat Sosbud Selengkapnya Tembang Kinanthi berasal dari kata "kanthi" dalam bahasa Jawa yang artinya tuntun. Tembang Kinanthi berisikan bimbingan atau tuntunan yang dilakukan oleh orang dewasa kepada anak-anak. Artinya seorang anak yang sedang tumbuh dan berkembang membutuhkan bimbingan dan arahan dari orang dewasa agar berhasil dalam Tembang Kinanthi lebih cenderung memberikan nuansa kebahagiaan, kasih sayang, dan juga keteladanan hidup. Lirik Tembang Kinanthi ini sangat tepat digunakan untuk menyampaikan sebuah nasehat, wejangan dan juga kasih sayang. Tembang Kinanthi memiliki Guru Gatra 6 baris setiap bait Artinya tembang Kinanthi ini memiliki 6 larik atau baris kalimat. Guru wilangan Tembang Kinanthi yaitu8, 8, 8, 8, 8, 8 Artinya baris pertama terdiri dari 8 suku kata, baris kedua berisi 8 suku kata, dan seterusnya. Dan Guru Lagu Tembang Kinanthi yaitu u, i, a, i, a, i Artinya baris pertama berakhir dengan vokal u, baris kedua berakhir vokal i, dan seterusnya. Berikut 20 contoh tembang Kinanthi dan artinya secara lengkap yang kami sajikan untuk anda. Sejumlah 18 tembang diciptakan oleh KGPA. Mangkunagara IV dalam serat Wedotomo dari buku "Menyingkap serat Wedotomo" oleh Anjar Any. dan 2 tembang Kinanthi lainnya kami rangkum dari sumber lain. Semoga dapat memberikan wawasan bagi pembaca yang menyukai tembang Mangka kanthining tumuwuh,Salami mung awas eling,Eling lukitaning alam,Dadi wiryaning dumadi,Supadi nir ing sangsaya,Yeku pangreksanin gurip.KGPA. Mangkunagara IV, WedatamaArtinyaPadahal bekal/modal orang hidup, selamanya waspada dan ingat. Ingat kepada petunjuk/contoh di alam ini, Jadi kekuatan hidup, supaya lepas dari kesengsaraan, yaitu cara pemeliharaan Marma den taberi kulup,Angulah lantiping ati,Rina wengi den anedya,Pandak panduking pambudi,Bengkas kahardaning driya,Supaya dadya utami.KGPA. Mangkunagara IV, WedatamaArtinyaOleh karena itu rajinlah anakku, belajar menajamkan perasaan. Siang malam berusaha, berusahalah selalu, menghancurkan nafsu pribadi, agar menjadi utama,3 Pangasahe sepi samun,Aywa esah ing salami,Samangsa wis kawistara,Lalandhepe mingis mingis,Pasah wukir reksamuka,Kekes srabedaning budi.KGPA. Mangkunagara IV, WedatamaArtinyaCara memperdalam/mempertajam dialam sepi semedi, jangan berhenti selamanya, apabila sudah terlihat, tajamnya luar biasa, dapat untuk mengiris gunung penghalang, Lenyap semua penghalangnya Dene awas tegesipun,Weruh warananing urip,Miwah wisesaning tunggal,Kang atunggil rina wengi,Kang mukitan ing sakarsa,Gumelar ngalam sakalir.KGPA. Mangkunagara IV, WedatamaArtinyaArtinya awas waspada itu, tahu penghalang kehidupan, serta kekuasaan yang satu, yang selalu bersama siang malam, yang meluluskan segala kehendak, terhampar seluruh alam,5 Aywa sembrana ing kalbu,Wawasen wuwus sireki,Ing kono yekti karasa,Dudu ucape pribadi,Marma den sembadeng sedya,Wewesen praptaning uwis.KGPA. Mangkunagara IV, WedatamaArtinyaJangan lengah didalam hati, perhatikan kata-katamu, disitu tentu terasa, bukan katamu sendiri, oleh karenanya bertanggungjawablah dan perhatikan semuanya sampai Sirnakna semanging kalbu,Den waspada ing pangeksi,Yeku dalaning kasidan,Sinuda saka sethithik,Pamothahing nafsu hawa,Linalantih mamrih titih.KGPA. Mangkunagara IV, WedatamaArtinyaHilangkan keragu-raguan hati. Waspadalah terhadap pandanganmu, Itulah jalan yang baik, Kurangilah dari sedikit, permintaan hawa nafsu. latihlah agar Aywa mematuh nalutuh,Tanpa tuwas tanpa kasil,Kasalibuk ing srabeda,Marma dipun ngati ati,Urip keh rencananira,Sambekala den kaliling.KGPA. Mangkunagara IV, WedatamaArtinyaJangan membiasakan diri berbuat aib, tidak ada gunanya tidak ada hasilnya. Terjerat oleh rintangan/gangguan. Oleh karena itu berhati-hatilah. Hidup banyak rintangannya. Godaan harus Upamane wong lumaku,Marga gawat den liwati,Lamun kurang ing pangarah,Sayekti karendhet ingri,Apese kasandhung padhas,Babak bundhas anemahi.KGPA. Mangkunagara IV, WedatamaArtinyaSeumpama orang berjalan, Jalan yang berbahaya dilalui. Apabila kurang perhitungan, tentulah tertusuk duri, paling tidak terantuk batu, akirnya Lumrah bae yen kadyeku,Atetamba yen wus bucik,Duweya kawruh sabodhag,Yentan nartani ing kapti,Dadi kawruhe kinarya,Ngupaya kasil lan melik.KGPA. Mangkunagara IV, WedatamaArtinyaYang demikian itu biasa, berobat setelah terluka, walaupun punya pengetahuan banyak, apabila tidak ada gunanya, sehingga pengetahuannya hanya dipakai, mencari nafkah dan Meloke yen arsa muluk,Muluk ujare lir wali,Wola wali nora nyata,Anggepe pandhita luwih,Kaluwihane tan ana,Kabeh tandha tandha sepi.KGPA. Mangkunagara IV, WedatamaArtinyaTerlihat bila berkomentar, bicaranya muluk-muluk biar dianggap wali, berkali-kali tidak terbukti. Menganggap diri pandita hebat, kehebatannya tidak ada, bukti-bukti tidak Kawruhe mung ana wuwus,Wuwuse gumaib gaib,Kasliring thithik tan kena,Mancereng alise gathik,Apa pandhita antiga,Kang mangkono iku kaki.KGPA. Mangkunagara IV, WedatamaArtinyaPengetahuannya hanya ada di mulut, Kata-katanya di gaib-gaibkan. Dibantah sedikit saja tidak mau. Mata membelalak alisnya menjadi satu marah, apa itu pandita palsu, yang seperti itu Mangka ta kangaran laku,Lakune ngelmu sajati,Tan dahwen pati openan,Tan panasten nora jail,Tan njurungi ing kahardan,Amung eneng mamrih ening.KGPA. Mangkunagara IV, WedatamaArtinyaPadahal yang disebut laku sarat, saratnya menjalankan ilmu sejati. Tidak iri dan dengki, tidak mudah marah dan jail, tidak melampiaskan hawa nafsu. Hanyalah diam agar dapat tenang syahdu.13 Kaunanging budi luhung,Bangkit ajur ajer kaki,Yen mangkono bakal cikal,Thukul wijining utami,Nadyan bener-kawruhira,Yen ana kang nyulayani.KGPA. Mangkunagara IV, WedatamaArtinyaTersohornya/ biasanya budi yang baik itu, pandai bergaul dengan siapapun, anakku, bila demikian akan semi tumbuh benih yang utama. Walaupun pengetahuannya benar, bila ada yang berbeda pendapat14 Tur kang nyulayani iku,Wus wruh yen kawruhe nempil,Nanging laire angalah,Katingala angemori,Mung ngenaki tyasing liyan,Aywa esak aywa serik.KGPA. Mangkunagara IV, WedatamaArtinyaLebih-lebih yang berbeda pendapat itu, Kita ketahui bukan pengetahuannya sendiri, tetapi diluar mengalah, agar terlihat sesuai. Hanya menyenangkan hati arang lain, Jangan sakit hati dan dendam,15 Yeku ilapating wahyu,Yen yuwana ingsalami,Marga wimbuh ing nugraha,Saking heb Kang Maha Suci,Cinancang pucuking cipta,Nora ucul-ucul kaki.KGPA. Mangkunagara IV, WedatamaArtinyaDemikianlah saratnya wahyu, bila demikian selamanya, itu jalan menambah pahala, dari Sabda Tuhan, diikat diujung cipta, tidak akan lepas Mangkono ingkang tinamtu,Tampa nugrahaning Widhi,Marmata kulup den bisa,Mbusuki ujaring janmi,Pakoleh lair batinnya,Iyeku budi premati.KGPA. Mangkunagara IV, WedatamaArtinyaBegitulah biasanya, mendapat anugerah Tuhan, Oleh karena itu anakku agar kau dapat pura-pura menjadi orang bodoh terhadap kata orang lain, hasilnya lahir batin, iyalah budi yang Pantes tinulad tinurut,Laladane mrih utami,Utama kembanging mulya,Kamulyaning jiwa dhiri,Ora ta yen ngeplekana,Lir leluhur nguni uni.KGPA. Mangkunagara IV, WedatamaArtinyaPantas jadi tauladan dan diikuti, cara-cara mencapai kebaikan-kebaikan itu permulaan dari kemuliaan. Kemulyaan jiwa raga, walaupun tidak persis, seperti nenek moyang Ananging ta kudu kudu,Sakadarira pribadi,Aywa tinggal tutuladan,Lamun tan mangkono kaki,Yekti tuna ing tumitah,Poma kaestokna kaki.KGPA. Mangkunagara IV, WedatamaArtinyaTetapi harus iktiar, sekedarnya saja, jangan melupakan tauladan/ contoh, Apabila tidak demikian anakku, itu berarti rugi hidup ini. Oleh karena itu jalankanlah anakku. Bumi langit akan bergerak. Kangiga-iga kaeksi. Terlihat iganya yang kurus. Demikian ulasan tentang "6 Contoh Tembang Macapat Sinom dan Artinya Secara Lengkap" yang dapat kami sajikan. Baca juga artikel Tembang Macapat menarik lainnya di situs

lirik lagu wuyung dan artinya